Lima
pertanyaan tentang Filsafat berikut ini ditanyakan oleh teman saya Sdri. Siti Rahmalia Natsir,S.Pd dan dijawab oleh saya, Maria Rosadalima Wasida,
S.Pd.
Pertanyaan ke-1:
“Bagaimana
kedudukan manusia dalam filsafat?”
Jawaban saya:
Filsafat
dapat diartikan sebagai bagian dari pikiran-pikiran manusia tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Menurut
saya kedudukan manusia dalam filsafat terkait dengan hubungan antara pemikiran manusia dengan filsafat itu sendiri.
Tanpa ada hubungan dengan filsafat, manusia tidak dapat menentukan seperti apa
dan bagaimana kedudukannya. Hubungan antara manusia dengan filsafat tersebut
dapat ditemukan dari, oleh dan untuk dirinya sendiri dalam setiap pemikirannya.
Jadi, kedudukan manusisa dalam filsafat itu muncul ketika manusia mampu
menghubungkan atau memberi hubungan berupa pikirannya sendiri dalam
berfilsafat. Pemikiran manusia dalam berfilsafat dapat digunakan sebagai referensi,
refleksi ataupun untuk hal-hal yang bernilai positif lainnya.
Pertanyaan ke-2:
“Manusia
di dalam kehidupannya terkadang hanya ingin menggapai kesenangan. Apakah bisa
dikatakan bahwa apapun yang dilakukan manusia tujuan akhir adalah menggapai kesenangan?
Bagaimana filsafat memandang hal itu?”
Jawaban saya:
Dalam
filsafat dijelaskan paparan Aristippos bahwa “manusia sejak masa kecilnya selalu mencari
kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang
lain lagi”. Pandangan tentang 'kesenangan' (hedonisme) ini kemudian
dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros . Menurutnya, “tindakan
manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat alamiah” (http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme).
Menurut
pendapat saya tujuan akhir dari apa yang dilakukan manusia adalah untuk
menggapai kesenangan sebab kesenangan dapat memberi kepuasan tersendiri bagi
manusia. Tak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak menginginkan
kesenangan selama kesenangan tersebut diartikan sebagai sesuatu yang memberikan
manfaat yang baik bagi kehidupan. Kesenangan diinginkan manusia untuk memenuhi
kepuasan lahir dan batin. Kepuasan lahir misalnya kesenangan manusia dalam
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan kepuasan batin misalnya
kesenangan yang timbul dari perasaan tulus dan ikhlas manusia untuk saling
mencintai dan dicintai. Namun, kesenangan pun memiliki batasan artinya
kesenangan janganlah menjadi upaya manusia untuk mencapai kepuasan yang
bernilai negatif. Kesenangan untuk menggapai kepuasan yang negatif ini tentunya
kurang bermanfaat dan dapat merugikan manusia dan sebaiknya dihindari.
Pertanyaan ke-3:
“Bagaimana
filsafat menjelaskan mengenai jati diri seorang manusia?”
Jawaban saya:
Jati
diri seorang manusia dalam filsafat berkaitan dengan kebebasan manusia untuk
menjadi dirinya sendiri tanpa paksaan atau terikat oleh orang lain. Untuk menjadi
dirinya sendiri, manusia hendaknya tidak munafik atau berpura-pura sehingga
dengan menjadi dirinya sendiri, manusia dapat menemukan jati dirinya. Selain itu, manusia juga harus menjalin
relasi dengan sesamanya sehingga dapat belajar dari pengalaman orang lain.
Jadi, dalam berfilsafat jati diri itu lahir ketika sesorang mampu menjadi
dirinya sendiri dan dapat berhubungan dengan sesama untuk menyelaraskan jati
dirinya.
Pertanyaan ke-4:
“Mengapa
kita harus membangun filsafat sendiri?”
Jawaban dari saya:
Definisi
filsafat menurut Harol H. Titus adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap kritis yang dijunjung tinggi. Ini merupakan
sikap terbuka, toleransi dan bersedia meninjau segala sudut masalah tanpa
prasangka. Berdasarkan definisi ini saya berpendapat bahwa kita harus membangun
filsafat kita sendiri karena sebenarnya filsafat merupakan pemikiran kita akan
segala sesuatu. Dengan membangun filsafat sendiri kita dilatih untuk menumbuhkan
kepercayaan akan sesuatu dan mampu berpikir kritis, mencari tahu segala sesuatu
dan dapat merefleksikannya sehingga berguna bagi diri kita dan orang lain.
Pertanyaan ke-5:
Kata
hati manusia atau suara batin manusia. Bagaimana penjelasan dua hal tersebut?
Dan bagaimana kita yakin bahwa itu adalah kata hati kita?
Jawaban dari saya:
Penjelasan
tentang kata hati dan suara batin manusia saya ambil dari buku berjudul Filsafat Manusia karangan Dr. H.
Burhanuddin (hal. 113) yang menjelaskan bahwa “Kita sebutkan sebagai kata hati atau suara batin karena tak
terucapkan, hanya dalam hati atau batin saja, tidak terlihat atau kedengaran”.
Jadi, menurut saya kata hati atau suara batin itu hanya bisa dirasakan oleh
manusia saja tanpa bisa diucapkan, dilihat dan didengar. Kata hati atau suara
batin manusia berkaitan dengan kesadaran manusia dalam mengambil tindakan untuk
menentukan setiap keputusan. Hal ini berarti, dalam setiap keputusan yang
dibuat, manusia memperoleh pengalaman dalam hidup dan mengerti akan arti diri
sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa kita akan yakin bahwa itu merupakan
kata hati kita ketika kita mampu berpikir secara jernih, bersikap ikhlas dan
dengan penuh kesadaran diri kita mengambil keputusan yang paling tepat serta
yang paling utama dan terutama adalah senantiasa berserah pada kehendak Tuhan
yang Maha Esa dengan memohon petunjuk-Nya.
Demikian
jawaban saya terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman saya. Jika
ada kesalahan saya mohon maaf. Terima kasih.
Maria
Rosadalima Wasida, S.Pd
14709251038
Program
Pascasarjana Pendidikan Matematika
Universitas
Negeri Yogyakarta