Jumat, 24 Oktober 2014

Immanuel Kant "Apriori dan Aposteriori"



Immanuel Kant lahir pada tahun 1724 M di Konisbergen, Prusia, Jerman. Sejak kecil ia tidak meninggalkan desanya, kecuali hanya beberapa waktu singkat untuk mengajar di desa tetangganya. Pemikiran-pemikiran Kant yang penting diantaranya ialah tentang “akal murni”. Menurutnya, dunia luar itu diketahui hanya dengan sensasi, dan jiwa bukanlah sekedar tabula rasa, tetapi jiwa merupakan alat positif, memilih dan merekonstruksi hasil sensasi yang masuk itu dikerjakan oleh jiwa dengan menggunakan kategori, yakni mengklasifikasikan dan memersepsikannya ke dalam idea.
Menurut Kant pengenalan indrawi terdapat dua bentuk apriori  yaitu ruang dan waktu. Kedua-duanya berakar dalam struktur subjek sendiri. Kita hanya mengenal gejala-gejala yang merupakan sintesis antara hal-hal yang datang dari luar (aposteriori) dengan bentuk ruang dan waktu (apriori).
Sensasi-sensasi masuk melalui alat indra. Ada lima alat indra. Melalui indra itu, sensasi-sensasi itu kemudian masuk ke otak, lalu objek itu diperhatikan, kemudian disadari. Sensasi-sensasi itu masuk ke otak melalui saluran-saluran tertentu, yaitu hukum-hukum. Karena hukum-hukum itulah, tidak semua stimulus yang menerpa alat indra dapat masuk ke otak. Penangkapan itu telah diatur oleh persepsi sesuai dengan tujuan. Tujuan inilah hukum-hukum itu. Ada stimulus dua dan tiga, memberi respon lima jika bertujuan menjumlahkannya, enam bila bertujuan mengalikannya. Jadi, hubungan-hubungan sensasi itu tidak terbentuk, sekedar karena ada tujuan. Inilah hukum itu. Jadi, tujuan itulah yang memilih dan mengarahkan penggunaan sensasi dan pemikiran dari tujuan jiwa.
Menurutnya jiwa yang memberi arti terhadap stimulus mengadakan seleksi dengan menggunakan dua cara yang amat sederhana. Pesan-pesan (dari stimulus) disusun sesuai dengan ruang (tempat) datangnya sensasi, dan waktu terjadinya sensasi itu. Jiwa itulah yang mengerjakan itu, yang menempatkan sensasi dalam ruang dan waktu, menyifatinya dengan ini atau itu, sekarang atau nanti. Ruang dan waktu bukanlah sesuatu yang dipahami. Ruang dan waktu adalah alat persepsi. Oleh karena itu, ruang dan waktu itu apriori.
Pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara unsur apriori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
Dengan kritisisme yang diciptkan oleh Immanuel Kant, hubungan antara rasio dan pengalaman menjadi harmonis, sehingga pengetahuan yang benar bukan hanya apriorinya, tetapi juga aposteriorinya, bukan hanya pada rasio, melainkan juga pada hasil indrawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar