Kamis, 09 Oktober 2014

Pengenalan Filsafat



Sopan santun dan tata karma dalam berfilsafat, yakni harus mengetahui paradigma dan mengubah paradigma. Filsafat bersifat personal dan pola pikir, maka tidak lain tidak bukan filsafat itu dirimu sendiri dan pikiranmu sendiri. Membangun filsafat pada diri masing-masing sesuai ruang dan waktu kita masing-masing. Jadi mempelajari filsafat bukanlah harus mengahafalkan definisi, tetapi kita bebas mendefinisikan sesuatu tetapi setelah kita mempunyai pengalaman untuk membangun filsafat kita masing-masing. Mungkin definisi filsafat kita pada bulan ini berbeda dengan bulan ke dua atau mungkin pada akhir kuliah. Mengaharapkan definisi yang sama pada setiap orang mengenai filsafat itu artinya bentuk formalnya. Apalah arti kita mempelajari filsafat hanya formalnya saja tanpa mengetahui maknanya. Untuk mengetahui maknanya kembali pada diri kita masing-masing.
Objek filsafat meliputi yang ada dan mungkin ada. Metode berfilsafat yaitu intensif (dalam dan bersifat radit) dan ekstensif(luas). Namun kita sebagai manusia biasa besifat terbatas. Yang kita anggap dalam mungkin bisa diperdalam lagi oleh orang lain atau diri kita sendiri tapi pada waktu yang lain. Sedangkan yang kita anggap luas mungkin bisa di perluas lagi oleh orang lain atau diri kita sendiri pada waktu yang lain. Maka komponen hidup itu fatal (takdir) dan fital (ikhtiar). Takdir mengikuti ikhtiar. Sekarang nilai anda nol atau sepuluh, itu sudah menjadi takdir.
Alat berfilsafat yaitu menggunakan bahasa analog. Contoh salah satu bahasa analog yang dikembangkan oleh bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A adalah elegi. Kelebihan bahasa analog mampu menembus ruang dan waktu. Dan sesuatu yang mampu menembus ruang dan waktu itulah sebenarnya kemampuan hidup kita. Karana tidak ada satupun yang ada dan mungkin ada tidak menembus ruang dan waktu. Jika salah satu ditiadakan maka tidak ada kehidupan. Ruang ditiadakan tidak ada kehidupan begitupun jika waktu ditiadakn tidak ada kehidupan. Contohnya saja jika air ditiadakan dari ikan maka matilah ikan, meskipun bagi serangga masi bisa hidup. Begitu pula manusia, jika ditiadakan air dan makanan maka matilah manusia, meskipun cacing masih bisa hidup di kuburan. Bahasa analog tidak sekedar khiasan melainkan lebih tinggi dari khiasan. Seperti kata cinta. Cinta bisa menembus ruang dan waktu. Artinya menembus ruang untuk ruangnya manusia saja ada cinta orang dewasa, cintanya anak kecil, cinta suami istri,cintanya orang tua, cintanya orang kepada Tuhannya. Kalau di ekstensikan menembus ruang dan waktu menembus kedunia binatang ada cintanya monyet, cintanya harimau, cintanya gajah. Diekstensikan maka secara logika ada cintanya tumbuh-tumbuhan, ada cintanya bebatuan, cintanya air.
Cinta yang ada dan mungkin ada. Manusia sulit memahaminya kalau masi terpaku pada dimensi tertentu. Dia harus mampu menenbus ruang dan waktu. Cintanya 2 buah batu. Para dewa melihat cintanya dua buah batu. Dalam hal ini yang bercinta adalah para subyeknya atau dalam artian yang punya batu. Menukar cincin.
Yang mungkin ada artinya sesuatu yang belum kita ketahui tapi orang lain sudah mengetahuinya. Artinya bagi diri kita, hal itu mungkin ada atau bahkan selamanya mungkin ada. Untuk mengadakan yang mungkin ada bisa mengunakan pancaindra kita. Dengan melihat, merasakan, dan yang lainnya. Sesuatu yang mungkin ada itu menjadi ada ketika kita sudah mengetahuinya atau dengan menggunakan panca indra kita.
Filsafat itu melekat pada diri kita sendiri. Hanya saja kita menyadarinya atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar