Sopan santun dan tata karma dalam berfilsafat, yakni harus
mengetahui paradigma dan mengubah paradigma. Filsafat bersifat personal dan
pola pikir, maka tidak lain tidak bukan filsafat itu dirimu sendiri dan
pikiranmu sendiri. Membangun filsafat pada diri masing-masing sesuai ruang dan
waktu kita masing-masing. Jadi mempelajari filsafat bukanlah harus mengahafalkan
definisi, tetapi kita bebas mendefinisikan sesuatu tetapi setelah kita
mempunyai pengalaman untuk membangun filsafat kita masing-masing. Mungkin
definisi filsafat kita pada bulan ini berbeda dengan bulan ke dua atau mungkin
pada akhir kuliah. Mengaharapkan definisi yang sama pada setiap orang mengenai
filsafat itu artinya bentuk formalnya. Apalah arti kita mempelajari filsafat
hanya formalnya saja tanpa mengetahui maknanya. Untuk mengetahui maknanya
kembali pada diri kita masing-masing.
Objek filsafat meliputi yang ada dan mungkin ada. Metode
berfilsafat yaitu intensif (dalam dan bersifat radit) dan ekstensif(luas).
Namun kita sebagai manusia biasa besifat terbatas. Yang kita anggap dalam
mungkin bisa diperdalam lagi oleh orang lain atau diri kita sendiri tapi pada
waktu yang lain. Sedangkan yang kita anggap luas mungkin bisa di perluas lagi
oleh orang lain atau diri kita sendiri pada waktu yang lain. Maka komponen hidup
itu fatal (takdir) dan fital (ikhtiar). Takdir mengikuti ikhtiar. Sekarang
nilai anda nol atau sepuluh, itu sudah menjadi takdir.
Alat berfilsafat yaitu menggunakan bahasa analog. Contoh
salah satu bahasa analog yang dikembangkan oleh bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A
adalah elegi. Kelebihan bahasa analog mampu menembus ruang dan waktu. Dan
sesuatu yang mampu menembus ruang dan waktu itulah sebenarnya kemampuan hidup
kita. Karana tidak ada satupun yang ada dan mungkin ada tidak menembus ruang
dan waktu. Jika salah satu ditiadakan maka tidak ada kehidupan. Ruang
ditiadakan tidak ada kehidupan begitupun jika waktu ditiadakn tidak ada
kehidupan. Contohnya saja jika air ditiadakan dari ikan maka matilah ikan, meskipun
bagi serangga masi bisa hidup. Begitu pula manusia, jika ditiadakan air dan
makanan maka matilah manusia, meskipun cacing masih bisa hidup di kuburan.
Bahasa analog tidak sekedar khiasan melainkan lebih tinggi dari khiasan.
Seperti kata cinta. Cinta bisa menembus ruang dan waktu. Artinya menembus ruang
untuk ruangnya manusia saja ada cinta orang dewasa, cintanya anak kecil, cinta
suami istri,cintanya orang tua, cintanya orang kepada Tuhannya. Kalau di
ekstensikan menembus ruang dan waktu menembus kedunia binatang ada cintanya
monyet, cintanya harimau, cintanya gajah. Diekstensikan maka secara logika ada
cintanya tumbuh-tumbuhan, ada cintanya bebatuan, cintanya air.
Cinta yang ada dan mungkin ada. Manusia sulit memahaminya
kalau masi terpaku pada dimensi tertentu. Dia harus mampu menenbus ruang dan
waktu. Cintanya 2 buah batu. Para dewa melihat cintanya dua buah batu. Dalam hal ini yang
bercinta adalah para subyeknya atau dalam artian yang punya batu. Menukar cincin.
Yang mungkin ada artinya sesuatu yang belum kita ketahui
tapi orang lain sudah mengetahuinya. Artinya bagi diri kita, hal itu
mungkin ada atau bahkan selamanya mungkin ada. Untuk mengadakan yang mungkin
ada bisa mengunakan pancaindra kita. Dengan melihat, merasakan, dan yang
lainnya. Sesuatu yang mungkin ada itu menjadi ada ketika kita sudah
mengetahuinya atau dengan menggunakan panca indra kita.
Filsafat itu melekat pada diri kita sendiri. Hanya saja kita
menyadarinya atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar